Tuesday, January 7, 2014



  1. MAKSUD DAN TUJUAN
Mahasiswa dapat menyambung benang dengan tangan.
  1. PRINSIP
a.       Sambungan harus cukup kuat.
b.      Simpul ahrus kecil.
c.       Ujung sambungan harus pendek.
  1. TEORI DASAR
Penyambungan benang dilakukan apabila terjadi putusnya benang saat proses pertenunan berlangsung. Penyambungan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
a.       Dengan tangan
Proses penyambungan benang dengan tangan juga dibagi dalam tiga tipe benang yaitu:
·         Benang stapel
·         Benang filamen
·         Benang wool
b.      Dengan alat
Alat yang digunakan adalah knotter, akan tetapi penyambungan dengan alat ini tidak dapat dilakukan dalam semua keadaan, bisa dilakukan pada proses winding
c.       Dengan mesin (Tyieng mesin)
Syarat-syarat yang baik dalam penyambungan benang, diantaranya sebgai berikut:
a.       Hasil sambungan harus kuat
b.      Simpul sambungan sekecil mungkin
c.       Ekor sambungan lebih kecil dari 3 mm
  1. ALAT DAN BAHAN
a.       Gunting/Nifa
b.      Knotter
c.       Benang 20 cm

  1. LANGKAH KERJA
a.    Untuk benang Stapel
1.      pegang dua buah benang di kiri dan kanan pada bagian ujung benang saja, jangan terlalu panjang
2.      silangkan benang yang ada di tangan kanan ke bekalang benang yang ada di tangan kiri, pegang dengan erat.
3.      Lilitkan benang di tangan kanan pada bagian jempol tangan kiri melawati bagian belakang silangan benang kiri tetapi melewati ke depan benang kanan pegang dengan erat.
4.      Masukan benang kanan ke jempol bawah, cukup mengangkat sedikit jempol dan di dorong oleh jempol tangan kanan
5.      Lalu tarik, maka akan menghasilkan sambungan unutk benang stapel

b.    Untuk benang Filamen
1.         Pegang dua buah benang di kiri dan kanan pada bagian ujung benang saja, jangan terlalu panjang
2.         Silangkan benang yang ada di tangan kanan ke bekalang benang yang ada di tangan kiri, pegang dengan erat.
3.         Lilitkan benang di tangan kanan pada bagian jempol tangan kiri melawati bagian belakang silangan benang kiri, melewati ke depan benang kanan dan di putar ke bagian belakang benang kanan pegang dengan erat.
4.         Masukan benang kanan ke jempol bawah, cukup mengangkat sedikit jempol dan di dorong oleh jempol tangan kanan.
5.         Lalu tarik, maka akan menghasilkan sambungan unutk benang Filemen.

c.    Untuk benang Wool
1.         Pegang dua buah benang di kiri dan kanan pada bagian ujung benang saja, jangan terlalu panjang
2.         Silangkan benang yang ada di tangan kanan ke bekalang benang yang ada di tangan kiri, pegang dengan erat.
3.         Lilitkan benang di tangan kanan pada bagian jempol tangan kiri melawati bagian belakang silangan benang kiri, Melewati ke depan benang kanan dan di putar ke bagian belakang benang kanan dan diputar kembali ke benang kiri pada.
4.         Masukan benang kanan ke jempol bawah, cukup mengangkat sedikit jempol dan di dorong oleh jempol tangan kanan.
5.         Lalu tarik, maka akan menghasilkan sambungan unutk benang Wool.

d.   Dengan alat
1.         Lilitkan benang pada batang knotter dari luar ke dalam, dengan menyisakan ujung benang di sebelah kiri tetapi jangan terlalu panjang.
2.         Masukan ujung benang di sebelah kanan ke dalam knotter melewati celah jarum.
3.         Longgarkan ujung benang yang di tangan kiri hingga benang berjalan kedepan hingga membentuk simpul di luar jarum.
4.         Lalu tarik, maka akan menghasilkan sambungan benang.

  1. DATA PERCOBAAB
Berikut simpul yang terbentuk dengan beberapa cara penyambungan benang :
    1. Sambungan benang Stapel





    1. Sambungan benang Filamen






    1. Sambungan benang Wool






    1. Sambungan dengan Knotter






  1. TUGAS DAN PERTANYAAN
1.      Sebut dan jelaskan macam-macam jenis sambunga. Lengkapi jawaban sodara dengan gambar
jawab :
jenis-jenis sambungan, yaitu
a.       Sambungan Tenun
Sambungan tenun (weave knot), jenis sambungan ini adalah jenis sambungan yang sering digunakan pada proses pertenunan. Ada beberapa jenis sambungan tenun yang disesuaikan dengan sifat dan bahan dari benang tersebut yaitu
·         Sambungan tenun benang Stapel
Berikut contoh gambarnya
P8310005

·         Filamen
Beriku contoh gambarnya
P8310008


·         Wool
Berikut contoh gambarnya
P8310006
b.      Sambungan Mati
sambungan ini jarang dipergunakan pada proses pertenunan.
Berikut contoh gambarnya
P8310004

c.       Sambungan Berbutir
sambungan jenis ini jarang dipergunakan pada proses pertenunan, sambungan ini biasa digunakan pada saat pergantian beam saja.
Berikut contoh gmbarnya
P8310003

d.      Sambungan Pinilin
Berikut contoh gambarnya
P8310002



2.      Selain dengan tangan, adakah cara lain untuk menyambung benang, jelaskan dengan singkat jawaban sodara
jawab :
a.       dengan menggunakan alat yang dinamakan Knotter
sambungan dengan metode ini dilakukan supaya lebih praktis dan cepat sehingga bisa menghemat waktu juga biaya produksi. Pada knotter terdapat pisau kecil yang berfungsi unutk memutuskan benang saat benang di tarik keluat lingkar knotter sehingga menghasilkan sambungan benang yang benar-benar rata.
b.      Dengan mesin Tying Stand
Benang dijepit pada kedua klem dalam keadaan tegang, pengaturan kerataan lusi dilakukan oleh operator dengan mempergunakan sisir dan sikat.

3.      Jika sambungan benang tidak baik dalam persiapan pertenunan apa yang akan terjadi dalam proses pertenunan.
jawab :
kesalahan simpul atau lemahnya simpul menyebabkan benang putus ketika dikelos, atau benang lusi putus ketika ditenun. Simpul yang besar dan ujung simpul yang dapat menyebabkan benang menjadi tidak rata, selain itu benang mungkin akan tersangkut pada gun yang lubangnya kecil ketika ditenun.

4.      Uraikan hubungan sambungan benang dengan effisiensi proses tenun
Proses penyambungan benang sangat mempengaruhi effisiensi proses pertenunan, semakin lama dan kurangnya keahlian penyambungan maka akan semakin lama pula waktu yang dibutuhkan, kualitas sambungan juga menentukan karena jika sambungan yang dihasilkan tidak benar maka akan mempengauhi hasil benang menjadi tidak rata dan akhirnya akan lebih menyita waktu juga biaya produksinya




















  1. KESIMPULAN
Perbedaan proses penyambungan benang disebabkan karena sifat fisik dari benang-benang tersebut pula. Untuk bennag stapel menggunakan simpul polos, untuk benang Filamen menggunakan adalah simpul polos ditambah 1 lilitan sedangkan unutk benang wool menggunakan simpul polos ditambah 3 lilitan membentuk angka 8 yang mengelilingi kedua ujung sambungan.

























LAPORAN PRAKTIKUM PERSIAPAN PERTENUNAN
PENYAMBUNGAN BENANG


Disusun oleh   : Wiwin erwinasari
Jurusan            : Teknik Tekstil
NPM               : 12010069




 







                                                                                                          







SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
2013-2014





PENGHANIAN POLOS
1.    Maksud dan tujuan
a.    Mengetahui proses penghitungan untuk menentuka rencana penghaniannya.
b.    Mengetahui dan memahami langkah kerja penghanian polos.

2.    Teori dasar
Teori dasar Penghanian adalah proses penggulungan benang pada beam baik itu secara langsung maupun tidak langsung dengan jumlah helai tertentu dan panjang tertentu. Proses ini menjadi sangat penting dalam tahap mempersiakan proses pertenunan karena pada saat proses pertenunan benang mengalami gesekan – gesekan ataupun gaya – gaya dari mesin tenun yang digunakan.
Persyaratan pada boom tenun yang baik:
·         Benang yang digulung harus sama panjang.
·         Letak benang yang digulung harus sejajar.
·         Benang yang digulun pada boom tenun harus penuh.
·         Letak benang pada boom tenun harus lebih lebar 1”-2” dari lebar disisir tenun.
·         Panjang benang harus lebih panjang dari panjang kain yang akan ditenun (harus memperhitungkan faktor mengkeret dan limbah).
·         Permukaan benang pada boom tenun harus rata.
·         Cakra boom tidak boleh miring.
·         Putus benang harus sedikit mungkin (1-2 kali putus / 1.000.000 yard)
Warping adalah salah satu bentuk persiapan yang dilakukan untuk membuat beam lusi. Proses penghanian pada umumnya melalui tahapan-tahapan berikut :
·         Perencanaan, ini dilakukan untuk menghitung kapasitas crell yang digunakan yang akan disesuaikan dengan jumlah total lusi (Total End) yang akan direncanakan.
·          Penyusunan, ini dilakukan dengan menempatkan bobin-bobin benang lusi pada creel mesin hani sesuai dengan rencana haninya.
·          Pembuatan (manufacturing), yaitu pembuatan beam baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.    Alat dan bahan
a.    Benang dengan jumlah yang telah ditentukan warna putih.
b.    Mesin warping.

4.    Langkah kerja
a.    Membuat rencana penghanian.
b.    Memasang benang pada crel dengan jumah benang yang telah ditentukan.
c.    Lewatkan benang pada penghantar.
d.    Cucuklah benang pada sisir silang
e.    Selanjutnya cucuk benang pada sisir hani.
f.     Benang yang telah disatukan langsung dan dikaitkan pada tambur.
g.    Samakan kedudukan benang pada tambur
h.    Nyalakan mesin.

5.    Hasil praktikum
Gambar skema mesin warping

Dik:
·      Crell terpasang = 60
·      No sisir hani      = 30
·      Tetal lusi 40 helai/inci
·      Panjang penghanian = 100 m
·      Lebar kain 30”
·      Mengkeret pakan 5%
·      Kapasitas crell 230 cone

Jawab
a.    Jumlah lusi total        = TL × LK
= 40 helai/inci × 30 inci
= 1200 helai
b.    Lebar penghanian    = LK + (% Mp × LK)
= 30 + (× 30)
= 31,5 inci
c.    Jumlah band              =  
=
= 6 band
d.     band                                    =
=
= 20 band
e.    Lebar band 1 – xx     =
                                       =
                                       = 1,57 inci
f.     Cucukan pada sisir hani     =  ×
=  ×
= 2,5 helai/lubang
g.    Jumlah lubang pada sisir hani terpakai   =  × lebar band
=  × 1,57
= 23,55 atau 24 lubang
h.    Cucukan pada sisir hani                             =
                                                        =  = helai/lubang

6.    Diskusi
Proses pencucukan sering kali mengalami kendala, dikarenakan kesalahan dalam pencucukan juga kekeliruan dalam menentukan cucukan atas atau bawahnya. Kesalahan ini sering kali baru diketahui saat telah dimulainya proses penggulungan pada tambur.

7.    Kesimpulan
Teori dasar Penghanian adalah proses penggulungan benang pada beam baik itu secara langsung maupun tidak langsung dengan jumlah helai tertentu dan panjang tertentu. Proses ini menjadi sangat penting dalam tahap mempersiakan proses pertenunan karena pada saat proses pertenunan benang mengalami gesekan – gesekan ataupun gaya – gaya dari mesin tenun yang digunakan.
Sebelum memulai proses warping kita harus membuat rencana hani terlebih dahulu. Rencana hani ini dimaksudnkan untuk mengtahui jumlah band juga jumlah cucukan pada sisir hani.




PENGHANIAN CORAK
1.    Maksud dan tujuan
c.    Mengetahui proses penghitungan untuk menentuka rencana penghaniannya.
d.    Mengetahui dan memahami langkah kerja penghanian corak.

2.    Teori dasar
Teknik Penghanian (warping):
a.  Sectional warping - Seksi /ban - Sisir hani - Menghani dengan tetal sesungguhnya.
b.  Direct warping - Bearn hani - Sisir expansi - Menghani dengan lebar kain sesungguhnya.
Contoh penghanian corak
Corak Kain:
1 rapot terdiri dari (helai) :
·      2   hitam
·      2   hijau
·      12 putih
·      4   kuning                     36 helai/rapot
·      12 putih
·      2   hijau
·      2  putih

a.     Jumlah Lusi Total
 ∑ lusi total    = 45 helai/” x 10”
                                = 450 helai
b.     Lebar Menghani
lebar menghani        = 10” +
                                    = 10,5”
c.      Jumlah Corak Maksimum
∑ corak           =
                        =
                        = 12,5 rapot
Maka 12 rapot corak utuh + 0,5 rapot pinggir kain
                                    pinggir kain   = 0,5 rapot x 36 helai/rapot
                                                            = 18 helai → masing-masing 9 helai kiri dan kanan
d.     Jumlah Creel Terpasang
      ∑ creel terpasang      = 2 rapot corak
                                            = 2 x 36
                                            = 72 creel
e.     Jumlah Ban
   ∑ ban          =
                   
                                                            = 6,25 ban
f.       Lebar Ban
     lebar ban I dan VI       =  x 10,5” = 1,89”
      lebar ban II-V              =  x 10,5”  = 1,68”

g.     Jumlah Lubang Sisir Hani Terpakai
     ∑ lubang sisir hani     =  x 1,89”
= 28,35 lubang   29 lubang
1.    Cucukan pada sisir hani
        cucukan (t)        =
                                    = 2,85 helai/lubang  3 helai/lubang

2       Alat dan bahan
c.    Benang dengan jumlah yang telah ditentukan warna putih.
d.    Mesin warping.

3       Langkah kerja
a.      Membuat rencana penghanian.
b.      Memasang benang pada crel dengan jumah benang yang telah ditentukan.
c.      Lewatkan benang pada penghantar.
d.      Cucuklah benang pada sisir silang
e.      Selanjutnya cucuk benang pada sisir hani.
f.       Benang yang telah disatukan langsung dan dikaitkan pada tambur.
g.      Samakan kedudukan benang pada tambur
h.     Nyalakan mesin.

i.       Hasil praktikum
Gambar skema mesin warping

Dik :
·      Kapasitas creel    = 80 cones
·      No sisir hani         = 30
·      Tetal lusi 40 hl/inci         
·      Panjang menghani  = 100 m
·      Lebar kain             = 30”
·      Mengkeret pakan            = 5%
·      Badan kain           = 6 hijau, 4 hitam, 10 putih, 4 hitam, 6 hijau.
·      Pinggir kain 16 helai putih
Jawab
a.    ∑ lusi total            = 40 x 30 + (2 x 16)
= 1232 helai
b.    Lebar penghanian = 30” + (× 30)
   = 31, 5
c.    ∑ corak lus selebar kain =  = 40 repeat
d.    ∑ corak terpasang pada crell =  =  = 2,6 atau 2 corak
e.    ∑ band     =  = 20 band sisa 32 helai
f.     Lebar band 1dan xx       =  × 31,5
= 1,94”
g.    Lebar band II – XIX        =  × 31,5
= 1,53”
h.    Cucukan pada siisr hani
·      Band I dan XX          =  × lebar band
=  × 1,94
= 29,1 lubang atau 30 lubang
·      Cucukan                    =  
                             = 2,53
·      Band II-XIX                =  × 1,53
= 22,95 atau 23 lubang
·      Cucukan                    =
                            = 2,60 helai

j.       Diskusi
Pada proses warping bercorak ini, crell paling atas sudut merupakan crell dengan nilai teratas dan crell sudut paling bawah adalah crell dengan nilai paling kecil, kesulitan yang dihadapi masih tetap sama seperti halnya pada penghanian polos. Kesalahan dalam pencucukan masih tetap terulang. Dan pada saat benang disilangkan ternyata kami salah memasukan benang sehingga tidak didapat silangan sebagaimana mestinya.

k.     Kesimpulan
Teknik Penghanian (warping):
c.   Sectional warping - Seksi /ban - Sisir hani - Menghani dengan tetal sesungguhnya.
d.  Direct warping - Bearn hani - Sisir expansi - Menghani dengan lebar kain sesungguhnya.
Pada penghanian bercorak perhiutngan yang dilakukan sedikit berbeda karena pada rencana haninya kita harus menghitung jumlah corak lusi juga sisa dari jumlah band yang bernilai tidak genap.








LAPORAN PRAKTIKUM PERSIAPAN PERTENUNAN
PROSES WARPING (PENGHANIAN)

     Disusun oleh : Wiwin erwinasari
        Jurusan       : Teknik Tekstil
      NPM   : 12010069



 








                                                                                                          

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
2013-2014

Text Box: Benang dengan corak warna hijau, hitam dan putih tersusun pada creel. Jumlah creel yang digunakan disesuaikan dengan perhitungan pada rencana hani yang telah dibuat



LAMPIRAN
Text Box: Benang yang telah melewati tension dilanjutkan melewati lubang penghantar untuk diteruskan pada sisir silang. setiap benang disesuaikan dengan lubang seharusnya
Text Box: Benang yang telah tersusun pada creel di lewatkan pada tension. Tension ini berfungsi untuk memberikan tegangan pada benang yang akan diproses
Text Box: Gambar disamping adalah hasil dari proses penghanian bercorak. Penggulungan pada tambur baru dilakukan satu kali.
Text Box: Gambar di samping ini adalah proses pencucukan pada sisir silang. prosesnya cukup dengan memasukan benang pada lubang disetiap sisir silang. Pencucukan pada sisir pun sama dengan pencucukan pada sisir hani hanya memasukan pada setiap lubang yang telah ditentukan dengan perhitungan dalam perencanaan hani