Tanggal 10 desember 1993 tepatnya pukul
03.00 WIB di desa kecil yang jauh dari keramaian kota besar, sunyi dan hening, aku
terlahir dengan selamat dari rahim seorang ibu dengan penuh perjuangan, dengan
kasih sayang dan segala cintanya aku dibesarkan hingga sekarang, tak terhitung
seberapa lelah dan sakitnya ia membesarkanku yang aku tau ibu selalu berkata”
Jangan Pernah Kecewakan Ibu”.
Sejak kecil aku telah diajarkan untuk
mengenal tuhanku dengan masuk ke sekolah agam disaat umurku masih 4 tahun,
meski belum tertanam keiklasanku untuk mengaji dan sholat 5 waktu tapi dengan
kebiasaan yang sering membuatku makin tertanam untuk selalu dekat dengan sang
penguasa bumi ini. Beranjak 5 tahun aku masuk ke taman kanak-kanak untuk
mengenalkanku mengenai pembelajarn yang lebih lagi, bila diingat lagi yang aku
rasakan saat bersekolah di TK adalah seru, lucu dan geli. Saat itu aku yang masih
polos, berangkat sekolah dengan dua kucir di kepala dengan tas gambar winy the
pooh yang isinya bekal makan, buku tulis dan tempat pensil. Pulang dari sekolah
sekitar jam 10.00 WIB. Setelah itu dilanjut lagi main dirumah bersama
teman-teman yang satu sekolah di TK karena rumah kami memang berdekatan.
menjelang untuk sekolah agama aku pulang mandi dan siap-sipa untuk berangkat ke
sekolah agama pulangnya sekitar jam 16.00 WIB. Pulang ke rumah dan biasanya
langsung main lagi sampe menjelang magrib, kegiatanku sejak kecil memang
dihabiskan bermain bersama teman-teman sebayaku. Setelah magrib ibu selalu
membingbingku untuk mengerjakan tugas, sebenarnya bukan tugas yang susah kalo
pikirkan saat sekarang hanya menggambar, mewarnai dan belajar menulis dibuku cetak
(biasanya digunakan oleh anak-anak yang masih dalam tahap pembelajaran).
Setelah lulus dari TK Aku masuk ke
sekolah dasar temapatnya lumayan jauh sekita 2 km dari rumah, bila berangkat
sekolah aku sama teman-teman selalu janjian supaya berangkat bersama tanpa
menggunakan kendaraan tapi kami jalan kaki bersama-sama, disaat awal aku masuk
ke SD aku sering mengeluh karena cape dengan perjalanan sejauh itu untuk seusia
ku saat itu, tapi ibu selalu memberi pengertian untuk tidak manja. Masuk ke
kelas 1 pelajaran yang diberikan masih bersifat pembelajaran dasar, barulah
setelah kelas 2 dimulailah tingkat pembelajaran yang lebih rumit ditambah
dengan gurunya yang galak sampai pernah satu kali aku pulang terakhir gara-gara
tidak bisa mengerkajan tugas matematika untung ada temanku yang mau membantu
mengajariku sehingga aku bisa pulang, sampe dirumah aku cerita pada ibuku, ibu
hanya menanggapi dengan senyuman saja, tapi pas malam harinya setelah aku beres
belajar ada tambahan tugas dari ibu aku disuruh menghapal perkalian 1-3 dan itu
harus hapal, jika tidak hapal maka aku tidak diizinkan untuk tidur dulu sebelum semuanya perkalian yang
tadi ibu suruh hapal semua, betul-betul penyiksaan buatku, sekejam itukah ibuku
sampai mataku berairpun ibu tidak mengijinkanku tidur rasanya seperti tinggal
dengan ibu tiri. Kebiasaan mengahapal pekalian itu berlanjut sampai aku kelas
IV SD. Memasuki kelas VI saat yang paling menentukan karena UN telah di depan
mata.
Saat menjelang UN perasaan yang aku
rasakan biasa saja, karena sewaktu SD UN itu tidak terlalu dipikirkan bagi
kami, yah namanya juga anak baru masuk sekolah, dan setelah UN terlewati aku
lulus dengan nilai yang cukup memuaskan (tapi tetap saja menurut ibuku itu
jelek dan harus lebih bagus lagi).
Aku melanjutkan sekolahku ke SMP N 2
Buahdua, letaknya lumayan jauh, bila berangkat aku menggunakan angkutan yang
biasa menjadi “abudemen” dari desaku menuju ke SMP. Mulai dari SMP aku
diajarkan untuk mengelola uang, setiap minggunya aku dibekali uang oleh ibuku
Rp 40.000,- itu harus cukup untuk kebutuhan aku selama 1 minggu termasuk untuk
membeli peralatan khusus wanita, dan yang lebih hebatnya lagi tidak ada uang
tambahan yang diberikan meskipun aku merengek-rengek minta uang lagi (kecuali
kalo aku ngambil sendiri uangnya). Kalo di SD petama masuk langsung perkenalan
biasa tapi lain halnya dengan SMP ada yang namanya MOS (Masa Orientasi Siswa)
itu seperti pengenalan sekolah tetapi bedanya ada aturan-aturan tertentu yang
di buat oleh panitianya untuk para calon siswa baru. MOSnya tidak terlalu ribet
buat aku tapi yang ribet malah ibuku, karena dia yang menyiapkan segala
sesuatunya (itulah moment baik ibuku, meurusi segala sesuatu yang bersangkutan
dengan MOS). Setelah MOS selesai aku dan para siswa yang baru resmi menjadi
siswa disana.
Memasuki kelas VII aku kebagian kelas
VII-D itu kelas paling terakhir, tapi jangan salah meskipun terakhir bukan
berarti penyisaan, terbukti ketua OSIS yang menjabat pada periode kami adalah
teman sekelasku dan kebanyakan para anggota OSISnya juga dari kelas aku (ha.ha
bangga), lanjut ke kelas VIII-B dikelas inilah aku bertemu dengan seorang teman
yang baik sekali, bisa dikatakan “Sahabat”, kemana-mana kami selalu bersama,
sampai pada saat ada study toor aku sengaja bayar dulua ongkosnya supaya bisa
memilih tempat duduk untuk berdua dengannya, kisah persahabatan kami memang
singkat karena saat kelas IX kami tidak sekelas lagi aku kelas IX-C dan dia
kelas IX-B, tetapi komunikasi masih bisa berjalan meskipun tidak satu kelas
hanya ada sedikit pembatas saja, setelah berjalan kurang dari 3 tahun aku
menuntut ilmu hari yang paling mnedebarkan yaitu Ujian Nasional, rasanya
deg-degan banget beda dengan apa yang aku rasakan saat UN di SD, meskipun
begitu aku tetap lulus dengan nilai yang cuku lumayan, berencana untuk lanjut
ke SMA aku mendaftar ke SMA 1 Cimalaka, SMA itu bisa dikatakan SMA ke-2
terbagus, maka dari itu aku ingin bisa bersekolah disana, tapi jalan tuhan
memang tidak disangka aku tidak lolos dalam seleksi masuk jalur rapot saat itu,
rasanya sedih dan kecewa, memang masih ada harapan dengan jalur Nem tapi aku
tidak mengabil jalur itu, karena aku pikir bila mengandalkan nilai Nem yang aku
punya, kesempatannya hanya sedikit banyak seklai pendaftra yang mencoba lewat
uang tutup mulut bagi mereka yang beruang sedangkan aku hanya mengandalkan
nilai yang seadanya, maka aku putuskan untuk mendaftar ke SMA 2 Cimalaka yang
tempatnya tidak jauh dari SMA 1 Cimalaka, bila SMA 1 tempatnya di pinggir jalan
kalo SMA 2 itu ada di kaki gunung, tapi jangan salah pemandangannya keren dan
kalo pagi-pagi udaranya sangat menyegarkan.
Seperti pada SMA biasanya, sebelum
resmi menjadi siswa SMA tersebut harus ada MOS. Tidak jauh beda dengan MOS saat
SMP kegiatannya hamir sama hanya saja MOS di SMA lebih tegas dan banyak sekali
persyratannya, ditambah dengan aku yang memutuskan untuk kos karena jarak dari
rumah menuju SMA sangat jauh, aku harus mempersiapkan segala kebutuhan MOSku
sendiri. Itulah saat dimana aku menyadari peran ibu sangat berarti buatku “
LOVE YOU MOM”, dengan adanya teman-teman kosan yang sudah lebih dulu masuk, aku
sering dibantu oleh mereka termasuk oleh ibu kosannya, masa-masa aku di SMA
sangatlah berkesan sekali, sejak masuk SMA aku diajarkan untuk belajar hidup
mandiri dan yang paling berharga adalah aku diajarkan untuk bisa lebih dewasa,
dewasa dalam pemikiran, keuangan dan menjaga nama baik dan keluarga, setiap aku
pulang tidak hentinya ibu selalu menasehati aku untuk bisa menjaga diri dan
jangan sampai mengecewakannya, terkadang aku sering kesal sendiri dengan semua
nasihat ibu, aku ingin ibu tidak terus-terusan menasehatiku karena aku juga
paham dan tidak mungkin mengecewakanya dengan segala perjungan yang telah
mereka berika untukku.
Bila di kelas X kami masih belajar dengan semua mata
pelajaran, setelah masuk kelas XI kita diwajibkan untuk memilih satu jurusan
yang tersedia di SMAku, setelah mempertimbangkan dan berdiskusi dengan orang
tuaku aku memilih jurusan IPA, aku masuk ke kelas XI-IPA 2, bertemu dengan
teman-teman baru suasana yang baru dan sangat ramai dan bising tapi seru dan
menyenangkan, disana aku merasakan yang namanya kekeluargaan yang sangat kuat,
mereka teman-teman terbaikku mereka sangat menyenangkan. Banyak suka duka yang
kita alami bersama, termasuk saat kita bareng-bareng mengerjakan remedial kimia
hingga larut malam. “Kimia” adalah mata pelajaran yang sangat tidak disukai
oleh kelas kami dikarenakan gurunya yang sinis dan menyebalkan dan juga
pelajaran kimia itu sangat membuatku pusing. Dan keseruan yang paling gilanya
saat kita ngerayain ulang tahun wali kelas kita itu benar-benar drama yang
menegangkan, sampai-sampai wali kelas hampir marah besar, tapi untungnya yang
bawa kue ulang tahun pas banget di saat suasana memuncak.
Kami mempunyai nama kelas yaitu
“E-DUCI” singkatan dari Exsak 2 Cimalaka. kebersamaan kami terasa singkat, baru
saja melewati kisah yang sangat bahagia kami harus terpisahkan oleh keadaan,
kita memilih jalan masing-masing untuk menggapai cita-cita. Rasanya sedih,
sedih dan sedih sekali. Sahabat sejati yang tak pernah lelah memberikan tawa,
kebahagian dan kasih sayang, berat untuk melepaskan semua yang telah terkenang
bersama E-Duci. Sepenggal kata utnuk E-DUCI.
“
kawanku, sahabatku, keluargaku taukah kalian aku sangat merindukan kalian, rasa
ini begitu sulit untuk aku lepaskan, kapan semuanya bisa terulang lagi, aku tak
menemukan sahabata sejati seperti yang kita jalin bersama. Tak ada agi kisah
manis yang terukir dalam ingatanku, aku ingin bisa bersama kalian lagi. Kalian
sempurna untukku, aku butuh hangatnya suasana saat kita bareng-bareng, riuhnya
suasana kelas, tangisan bersama saat berduka. Aku sangat merindukan itu semua,
saat aku sedang ada masalah kalian yang selalu membantuku untuk menyelesaikan
semuanya. Tapi sekarang disaat aku terpuruk uluran tangan dan kata bijak kalian
tak lagi dapat aku rasakan, aku hanya bisa menangis sendiri menunggu semuanya
bisa berakhir, aku hanya bisa menyelesaikan semuanya tanpa nasihat drai kalian
lagi. Langkah ini begitu sulit untuk aku jalani, berta sekali. janji yang pernah
terucap itu masih aku tunggu. Kita akan bersama lagi saat semua tugas kita
selesai, kita memnag sukses di jalan yang berbeda tapi kita akan bersama lagi
saat sukses itu telah tiba”
Kisah bersama E-Duci sangatlah berarti
untukku, walau semuannya harus terpisahkan tapi aku yakin kita akan bersama
kembali. Sahabat yang seperti mereka yang aku yakini akan tetap ada. Acara
perpisahan adalah puncak dari kesedihan kami, sempat kami berencana untuk tidak
hadir dalam acara perpisahan itu, tapi apakah mungkin bisa kami juga harus
memikirkan kesakralan acara yang telah dirancang oleh panitia sebagai hajatan
untuk kami, tanpa memperhatikan berlangsungnya acara, perisahan angkatan
2012-2013 telah selesai dilaksanakan sepertinya aku tidak akan kuat untuk
saat-saat ini, semua hanya bisa terdiam diam di sudut paling belakang gedung,
tanpa kata-kata kami hanya bisa melampiaskannya dengan tangisan, ya semua telah
berkahir perpisahan yang harus memisahkan kita, senyum terakhir, tatapan
terakhir dan tangis terakhir kami sama-sama. Sering aku berpikir kenapa harus
ada perpisahan ini, kami terlalu erat untuk dipisahkan, bila boleh meminta
jangan paksa kami untuk berpisah. Semua seperti mimpi buruk bagiku, kenapa
disaat aku mulai menemukan kebahagian diluar keluarku semuanya harus berakhir
seperti ini, ini terlalu singkat bagiku.
Kata yang terucap untuk terakhir
kalinya “ Berjanjilah kita akan bertemu lagi disini setelah kita sukses nanti”.
Kata-kata itu menjadi semangatku untuk menjadi orang sukses dan bisa berkumpul
lagi dengan mereka. Terima kasih ya Allah aku telah dipertemukan dengan mereka,
keluarga kecilku “E-Duci”
Aku diterima di Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil bandung, sekolah kedinasan di bidang tekstil, sebetunya kedua
orang tuaku setengah hati untuk menyekolahkanku di STTTeksil karena daerah
bandung sangat mahal sekali biayanya. Tapi aku terus memaksa dengan perjanjian
aku harus belajar dengan giat supaya dapat beasiswa, beban tapi juga
penyemangat bagiku meskipun di semester awal ini nilaiku kurang memuaskan tapi
di semester dua aku harus bisa menggapai nilai yang lebih baik lagi, niatku
kuliah adalah untuk kebahagian kelugaku, mereka adalah segalanya bagiku. Aku
adalah anak satu-satunya dan masa tua mereka ada ditanganku, dengan memohon
ridho dan kemurahan dari Allah SWT aku selalu meminta kemudahan untuk segalanya
dan juga kesehatan kedua orang tuaku juga keluargaku.
No comments:
Post a Comment